Az-Zubair bin Al Awwam [Bag.Kedua]
Az Zubair radhiyallahu ‘anhu telah memberikan banyak dan banyak lagi di jalan Allah. Dia telah menjadikan harta dan dirinya sebagai wakaf untuk Allah ‘Azza wa Jalla sehingga Allah memuliakannya dan mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat.Pada perang Badar az Zubair memakai surban berwarna kuning. Dari Urwah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada perang Badar az Zubair memakai surban kuning, lalu Jibril turun dengan penampilan seperti az-Zubair.”[1]
Sebuah kemuliaan yang tidak tertandingi oleh dunia dan segala isinya.
Az-Zubair termasuk Sahabat yang hijrah ke Habasyah se­bagaimana yang disebutkan oleh Musa bin `Uqbah dan Ibnu Ishaq, sekalipun dia tidak tinggal lama di sana.[2]
Dari az-Zubair radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada Perang Badar aku bertemu dengan `Ubaidah bin Sa’id bin al-`Ash. Dia berpakaian perang dengan sangat rapat sehingga tidak ada yang terlihat darinya kecuali hanya kedua matanya. Dia dijuluki Abu Dzatu Kabsy. Maka aku menyerangnya dengan sebilah tombak. Aku menusuk matanya akh­irnya dia mati.” Az-Zubair berkata, “Aku meletakkan kakiku di atasnya. Dengan susah payah aku mencabut tombak itu darinya, ujung tombak itu bengkok.”[3]
Di Perang Badar az-Zubair membunuh pamannya, Naufal bin Khuwailid bin Asad, demikian pula dia membunuh `Ubaidah bin Sa’id bin al-`Ash.
DI PERANG UHUD
Pada Perang Uhud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang membunuh kaum muslimin dengan ganas, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada az-Zubair, “Lawanlah dia, wahai Zubair!” Maka az-Zubair naik ke sebuah bukit kemudian dia menyergapnya dari atas. Dia mencekiknya sehingga keduanya berguling dan terjatuh ke tanah. Az-Zubair duduk di atas dadanya lalu membunuhnya.”[4]
AZ-ZUBAIR TERMASUK ORANG-ORANG YANG MENJAWAB PANGGILAN ALLAH DAN RASUL-NYA
Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan ayah‑ibunya untukku dua kali: pada Perang Uhud dan pada Perang Bani Quraizhah.“[5]
Dari Hisyam, dari ayahnya rahimahullah, bahwa ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Keponakanku! Dua orang tuamu-yaitu az-Zubair dan Abu Bakar‑ termasuk:
“Orang-orang yang mentaati (perintah) Allah dan Rasul setelah mereka mendapat luka (dalam PerangUhud)…” (QS. Ali ‘Imran: 172)
Ketika orang-orang musyrikin pulang dari Uhud dan Nabi beserta para Sahabat mengalami apa yang mereka alami, Nabi khawatir orang-orang musyrikin akan kembali menyerang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bersedia mengikuti jejak mereka sehingga mereka mengetahui bahwa kita masih memiliki kekuatan?”
Maka berangkatlah Abu Bakar dan az-Zubair yang diikuti oleh tujuh puluh orang Sahabat. Mereka keluar mengikuti jejak orang­-orang musyrikin. Ketika orang-orang musyrikin mendengar tentang mereka (Abu Bakar dan para Sahabat), mereka langsung beranjak ke Makkah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka tidak mendapatkan bencana apa pun.” (QS. Ali ‘Imran: 174)
Mereka tidak bertemu musuh.”[6]
DI PERANG KHANDAQ
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika Perang Khandaq, “Siapa yang bersedia pergi untuk mengetahui berita tentang Bani Quraizhah?” Maka az‑Zubair berkata, “Aku.” Maka az-Zubair berangkat dengan kuda. Dia pulang membawa berita Bani Quraizhah. Kemudian Nabi bersabda untuk kali kedua, maka az-Zubair menjawab, “Aku.” Maka az-Zubair berangkat. Kemudian hal itu terjadi ketiga kalinya,
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap Nabi mempunyai hawari `Sahabat setia’ dan hawari-ku adalah az-Zubair.”[7]
`Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Orang yang paling berani adalah az-Zubair.” Tidak ada yang mengetahui kadar orang-orang besar kecuali orang-orang besar.
Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Kekuatan para Sahabat ada pada Hamzah, ‘Ali, dan az-Zubair.”
Dari `Abdullah bin az-Zubair radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada Perang Ahzab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memintaku dan `Umar bin Abi Salamah untuk men­jaga para wanita. Aku melihat ayahku dengan kudanya hilir-mudik ke Bani Quraizhah, dua atau tiga kali. Ketika pulang, aku bertanya kepadanya, “Ayah, aku melihatmu mondar-mandir.” Dia bertanya, “Apakah engkau melihatku, wahai anakku?” Aku menjawab, “Ya.”
Dia menjawab, “Rasulullah  bersabda, `Siapa yang bersedia datang ke Bani Quraizhah untuk mengetahui berita mereka?’ Maka aku berangkat. Ketika aku kembali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan ayah-ibunya untukku. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ayah dan ibuku jadi tebusan untukmu.” [8]
Dari Ibnu Abiz Zannad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada Perang Khandaq az-Zubair menebas tameng `Utsman bin `Abdillah bin al-Mughirah dengan pedang hingga pedangnya tembus sampai ke pelananya. Maka orang-orang berkata, `Betapa tajamnya pedangmu.’ Az-Zubair marah karena yang menebaskan pedang itu adalah tangannya.“[9]
DI PERANG HUNAIN
Di Perang Hunain az-Zubair memporak-porandakan barisan orang-orang musyrikin hingga membuat mereka mundur. Panglima kaum musyrikin mengawasi jalannya pertempuran. Ka­wan-kawannya mengatakan kepadanya bahwa mereka melihat seorang prajurit berkuda dengan tombak di pundaknya dan kepala terlilit sorban merah. Maka panglima itu berkata, “Itu adalah az Zubair bin al-`Awwam. Aku bersumpah dengan nama Lata, dia pasti akan menyerbu kalian. Hadapilah dia dengan gagah berani!”
Ketika az-Zubair radhiyallahu ‘anhu tiba di tempat-tempat kaum musyrikin dan dia.melihat mereka, dia mendatangi mereka. Dia terus menye­rang mereka sehingga mereka lari tunggang-langgang.”[10]
Manusia paling pemberani yang sangat mengagumkan di mana`Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata tentangnya, “Dia marah seperti macan tutul dan menerjang seperti singa.”[11]
Bersambung insyaAllah..
Foot Note:
[1] Disebutkan oleh al-Haitsami dalam al-Majma’ (VI/84), dia menisbatkannya kepada ath-Thabarani, dan berkata, “Riwayat ini mursal, tetapi sanadnya shahih.”
[2] As-Siyar karya adz-Dzahabi (1/47).
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (VII/365), kitab al-Magbaazi.
[4] Tahdziib Ibni Asakir (V/358)
[5] Usudul Ghaabah (11/250).
[6] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 4077), kitab: al-Maghaazi dan Muslim meriwayatkan bagian pertama darinya (no. 2418), kitab: Al Fadhaa-il
[7] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3719), kitab: Fadhaa-ilush Shahaabah dan Muslim (no. 2415), kitab: Al Fadhaa-il
[8] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3720) dan Muslim (no. 2416).
[9] As-Siyar karya adz-Dzahabi (1/51).
[10] Qaadah Fat-h asy-Syam wa Mishr (hlm. 205) karya Mahmud Syait Khaththab, cet. Darul Fikr.
[11] Tahdziib Ibni Asakir (V/362).
  1. Sumber: Disalin ulang dari buku ‘Shahabat-Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Mahmud al Mishri, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir